KOMPAS.com - Belajar di luar negeri adalah impian banyak pelajar. Sebanyak delapan mahasiswa Indonesia, enam mahasiswa Malaysia, dan enam mahasiswa Filipina bergabung mengikuti program Study United States Institute yang diadakan US Department of State.
Universitas Ball State di Muncie, Indiana, Amerika Serikat (AS), menjadi tuan rumah program Study United States Institute (SUSI). Program ini berlangsung pada 24 Juni-29 Juli 2012. Selama di Negeri Paman Sam, kami menimba ilmu, baik dalam bidang budaya, kehidupan sosial, maupun kajian-kajian ilmu sosial lain.
Sebagai peserta New Media and Journalism, kami mendalami dan memaknai new media, terutama keterkaitan antara teknologi dan media. Kami belajar menggunakan interactive chart, fotografi, audio pictures, video, dan blogging.
Kami juga melakukan sharing dengan beberapa media massa setempat mengenai upaya mereka agar masyarakat bisa mengonsumsi berita dengan lebih mudah, apalagi pada era globalisasi yang serba internet. Rupanya hal yang dibutuhkan dalam memahami new media tak hanya praktik, tapi juga pemahaman teori etika media.
Materi yang diberikan, antara lain, Media Law and Ethics, US Government Foreign Policy, dan Foundations of New Media. Layaknya kuliah pada umumnya, pada akhir materi, kami mendapat berbagai tugas.
Tugas yang paling menantang adalah saat 4 Juli, hari kemerdekaan Amerika Serikat. Peserta SUSI ditugaskan mewawancarai warga setempat seputar peringatan hari bersejarah ini. Berbeda saat kami mewawancarai warga AS dengan Indonesia. Tak semua warga AS terbuka kepada media. Sebagian warga tak mau berbagi opini. Meski sebagian lainnya bersikap amat terbuka kepada media.
Pihak Universitas Ball State adalah tuan rumah yang profesional. Mereka mengemas program ini dengan menarik dan bermanfaat. Walaupun tema programnya jurnalistik, suguhan kegiatan yang diberikan tak terpaku pada new media in journalism saja.
Pada minggu kedua, kami berkesempatan tinggal bersama keluarga Amerika. Walau hanya satu malam, cukup bagi kami untuk memahami gaya hidup keluarga Amerika. Program yang mengajak young leaders dari ketiga negara itu juga memberikan kelas leadership yang bermanfaat untuk evaluasi diri.
Program leadership dilengkapi community service sebagai aksi sosialnya. Di sini kami melakukan dua jenis community service yang berbeda. Pertama, Habitat for Humanity. Organisasi ini bergerak untuk mendirikan rumah bagi penduduk yang tak mempunyai rumah. Kami membantu volunter membangun sebuah rumah untuk seorang wanita dan anaknya.
Community service kedua, kami membantu Second Harvest Food Bank, organisasi yang memberikan bantuan makanan. Kedua kegiatan sosial ini amat menyenangkan karena rutin setiap minggunya. Sebagai warga Asia Tenggara, kami dapat berkontribusi dalam aktivitas sosial di AS.
Pada minggu ketiga, kami melakukan pergelaran budaya. Ragam dan kreativitas dari ketiga negara rupanya menarik untuk dipertontonkan. Malaysia menampilkan drama dan tarian yang dikemas dalam bentuk talkshow, sementara Filipina menampilkan tarian CariƱosa. Indonesia menampilkan permainan dan gabungan beberapa tarian daerah, seperti tari kecak, cublak suweng, bajidor kahot, adu manis, saman, dan ditutup dengan joget poco-poco.
Sebagai peserta penutup, Indonesia mampu menarik peserta SUSI dan penonton untuk bergoyang. Seruan ”cakcakcak cakcakcak” terus terngiang. Seruan ini adalah kutipan dari tari kecak asal Bali.
Lagu tradisional yang berjudul ”Padang Mbulan” pun diingat orang. Eduard Joseph, peserta dari Filipina, mengatakan, ”Belajar menyanyikan lagu ini adalah hal yang tak akan saya lupakan. Teman-teman dari Indonesia juga membawa kebahagiaan dan kenangan indah buat saya.”
Hireka Eric Surianto, peserta SUSI dari Indonesia, mengaku, selama menimba ilmu di Amerika ia merasa menjadi individu yang dihargai.
”Pertanyaan apa pun yang saya ajukan kepada dosen selalu ditanggapi. Di sini kemandirian peserta pun dituntut. Mau tak mau kita harus pandai mengatur jadwal untuk menyelesaikan tugas dan waktu bersenang-senang,” katanya.
Jalan-jalan
Empat minggu telah berlalu. Setelah mendapat ilmu dari Universitas Ball State, pada minggu kelima, peserta berkesempatan mengunjungi sejumlah kota. Perjalanan dimulai dengan kunjungan ke Gettysburg, Pennsylvania. Ini merupakan lokasi bersejarah AS, tempat terjadinya perang sipil.
Selanjutnya kita menuju New York. Kami mengunjungi kantor New York Times, Ini kunjungan yang berkesan karena tak semua orang bisa masuk ke kantor media massa kenamaan ini. Kami juga mengunjungi kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menyaksikan pertunjukan Broadway di kawasan Times Square.
Empat hari kami menjelajahi New York, perjalanan dilanjutkan ke Washington DC. Walau sedang berpuasa Ramadhan, tak menurunkan semangat kami mengunjungi gedung Department of States. Di sini kami melakukan cultural exhibition yang juga dihadiri partisipan SUSI dari negara lain, seperti Turki dan sejumlah negara Timur Tengah. Ajang ini kami manfaatkan untuk menjalin relasi dengan teman dari sejumlah bangsa. Esok harinya kami berkunjung ke kantor Voice of America. Di sini ada ruangan Indonesia Service. Kami berbincang dan bertanya seputar pekerjaan jurnalis VOA yang berasal dari Indonesia.
Tanggal 29 Juli 2012, peserta SUSI New Media in Journalism harus berpisah dan berpamitan satu sama lain. Sedih dan rasa rindu masih menyelimuti perasaan kami. Namun, kami yakin, ini adalah awal dari diri kami untuk menjadi individu yang lebih berkarya. Tak ada ucapan goodbye dalam akhir program SUSI, karena kami yakin suatu saat nanti akan berjumpa lagi....
Dikara Maitri Pradipta Alkarisya Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya